Kamis, 10 November 2011

Hiasan Rohani 2 – “Asal Kemaksiatan dan Ketaatan”


“Pokok dari tiap-tiap maksiat, lupa kepada Allah dan syahwat yang berasal dari nafsu adalah rela menuruti hawa nafsu. Dan pokok dari setiap ketaatan, kesadaran dan menjaga diri dari syahwat adalah tiada kerelaanmu menuruti hawa nafsu”.

Orang-orang yang bermakrifat kepada Allah semuanya bersepakat bahwa pokok timbulnya perbuatan maksiat, berpaling dari Allah dan mengikuti syahwat adalah menuruti kehendak nafsu. Menuruti nafsu bisa menyebabkan aib dan keburukan-keburukannya tertutup sehingga keburukan nafsu akhirnya dianggap baik. Barang siapa ridha terhadap kehendak nafsunya, pastilah dia menganggap baik keadaannya dan tenang di dalamnya. Dalam keadaan ini atau pada peringkat ini, ia seperti keadaan lembu yang dicocok hidungnya, senang ditarik oleh syaitan ke sana ke mari.
       Barang siapa menganggap baik setiap keadaan nafsunya dan merasa tenang di dalamnya. Dalam keadaan demikian, kelalaian kepada Allah akan menguasainya. Dengan kelalaian itu terlepaslah hatinya dari penjagaan karena bisikan-bisikan nafsu. Sehingga tarikan-tarikan syahwat menguasainya dan mengalahkannya. Yang demikian ini karena pada dirinya tidak ada kewaspadaan yang dapat menolak nafsu. Barang siapa dikalahkan oleh syahwat, jatuhlah ia ke dalam berbagai kemaksiatan. Jiwa yang dikuasai syahwat, syahwat akan menjadi rajanya dan syaitan akan mendorongnya dengan menghiasi setiap kejahatannya agar segala kejahatan itu akan senantiasa dipandang baik. Di akhirat nanti, syaitan akan berlepas diri darinya.

Ingatlah bahwa mengetahui seluk beluk nafsu itu wajib. Sebab dengan mengetahuinya orang akan mudah memeranginya.

Diantara sifat-sifat nafsu itu ada yang disebut nafsu ammarah, yaitu nafsu yang selalu condong pada watak badaniyah. Adapun ciri watak badaniyah adalah suka kepada kenikmatan dan syahwat. Misalnya, suka melakukan sesuatu dengan senang hati dan lebih condong kepada perbuatan syaitan dan senang dengan keduniaan.

Firman Allah SWT :
 Artinya :
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Surat Yusuf Ayat 53)

Nafsu yang diberi rahmat oleh Allah itu misalnya Nafsu Muthmainnah, yaitu nafsu yang menyebabkan hati bercahaya sehingga mudah menjalankan perintah-perintah Allah.

Adapun Nafsu Ammarah itu terbagi menjadi tujuh jenis yaitu :

1.            Syahwat
2.          Marah
3.          Sombong
4.          Dengki
5.          Merasa dirinya lebih utama 
     dari lainnya
6.          Tamak
7.           Riyak

Ketujuh jenis nafsu ammarah itu harus diperangi, dibersihkan dari dalam jiwa setiap orang.
·       Nafsu syahwat harus diperangi dengan riyadah dan mujahadah, yaitu melatih diri melawan hawa nafsu dengan sungguh-sungguh.
·       Nafsu marah harus diperangi dengan kebijaksanaan dan sabar.
·       Nafsu sombong dan tamak harus diperangi dengan sifat Qana’ah, yaitu menerima apa saja dari semua ketentuan Allah.
·       Nafsu merasa dirinya lebih utama dari lainnya harus diperangi dengan tawadhuk, yaitu merendahkan hati kepada semua orang.
·       Nafsu riyak harus diperangi dengan ikhlas.

Adapun sumber pokok ketaatan itu berasal dari keengganan seseorang di dalam menuruti kehendak nafsunya. Keengganan seseorang di dalam menuruti nafsu itu dapat menghasilkan semua ketaatan dan akhirnya berhasil menjadi orang yang makrifat.

Syeikh Ahmad Dhiyauddin bin Musthafa berkata : “keberhasilan di dalam mencapai amal kebaikan (taat) itu ada tiga sebab yaitu :
1.         Takut kepada Allah, baik di tempat yang sepi atau di tempat yang ramai.
2.       Ridha terhadap ketentuan taqdir Allah
3.       Berlaku baik kepada semua makhluk Allah dalam setiap keadaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar