“Pokok
dari tiap-tiap maksiat, lupa kepada Allah dan syahwat yang berasal dari nafsu
adalah rela menuruti hawa nafsu. Dan pokok dari setiap ketaatan, kesadaran dan
menjaga diri dari syahwat adalah tiada kerelaanmu menuruti hawa nafsu”.
Orang-orang yang bermakrifat kepada
Allah semuanya bersepakat bahwa pokok timbulnya perbuatan maksiat, berpaling
dari Allah dan mengikuti syahwat adalah menuruti kehendak nafsu. Menuruti nafsu bisa
menyebabkan aib dan keburukan-keburukannya tertutup sehingga keburukan nafsu
akhirnya dianggap baik. Barang siapa ridha terhadap kehendak nafsunya, pastilah
dia menganggap baik keadaannya dan tenang di dalamnya. Dalam keadaan ini atau pada peringkat ini, ia seperti
keadaan lembu yang dicocok hidungnya, senang ditarik oleh syaitan ke sana ke
mari.
Barang siapa
menganggap baik setiap keadaan nafsunya dan merasa tenang di dalamnya. Dalam
keadaan demikian, kelalaian kepada Allah akan menguasainya. Dengan kelalaian
itu terlepaslah hatinya dari penjagaan karena bisikan-bisikan nafsu. Sehingga
tarikan-tarikan syahwat menguasainya dan mengalahkannya. Yang demikian ini karena pada dirinya tidak ada
kewaspadaan yang dapat menolak nafsu. Barang siapa dikalahkan oleh syahwat,
jatuhlah ia ke dalam berbagai kemaksiatan. Jiwa yang dikuasai syahwat, syahwat
akan menjadi rajanya dan syaitan akan mendorongnya dengan menghiasi setiap
kejahatannya agar segala kejahatan itu akan senantiasa dipandang baik. Di
akhirat nanti, syaitan akan berlepas diri darinya.
Ingatlah bahwa mengetahui seluk beluk nafsu itu wajib.
Sebab dengan mengetahuinya orang akan mudah memeranginya.
Diantara
sifat-sifat nafsu itu ada yang disebut nafsu
ammarah, yaitu nafsu yang selalu condong pada watak badaniyah. Adapun ciri
watak badaniyah adalah suka kepada kenikmatan dan syahwat. Misalnya, suka
melakukan sesuatu dengan senang hati dan lebih condong kepada perbuatan syaitan
dan senang dengan keduniaan.
Firman Allah SWT :
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya
nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat
oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Surat
Yusuf Ayat 53)
Nafsu yang diberi
rahmat oleh Allah itu misalnya Nafsu
Muthmainnah, yaitu nafsu yang menyebabkan hati bercahaya sehingga mudah
menjalankan perintah-perintah Allah.
Adapun Nafsu Ammarah itu
terbagi menjadi tujuh jenis yaitu :
2.
Marah
4.
Dengki
5.
Merasa dirinya
lebih utama
dari lainnya
dari lainnya
6.
Tamak
7.
Riyak
Ketujuh jenis nafsu ammarah itu harus diperangi,
dibersihkan dari dalam jiwa setiap orang.
· Nafsu syahwat harus
diperangi dengan riyadah dan mujahadah, yaitu melatih diri melawan hawa nafsu
dengan sungguh-sungguh.
·
Nafsu marah harus diperangi dengan
kebijaksanaan dan sabar.
·
Nafsu sombong dan
tamak harus diperangi dengan sifat Qana’ah, yaitu menerima apa saja dari semua
ketentuan Allah.
·
Nafsu merasa dirinya lebih utama dari
lainnya harus diperangi dengan tawadhuk, yaitu merendahkan hati kepada semua
orang.
·
Nafsu riyak harus diperangi dengan
ikhlas.
Adapun sumber pokok
ketaatan itu berasal dari keengganan seseorang di dalam menuruti kehendak
nafsunya. Keengganan seseorang di dalam menuruti nafsu itu dapat menghasilkan
semua ketaatan dan akhirnya berhasil menjadi orang yang makrifat.
Syeikh Ahmad
Dhiyauddin bin Musthafa berkata : “keberhasilan di dalam mencapai amal kebaikan
(taat) itu ada tiga sebab yaitu :
1.
Takut kepada Allah, baik di tempat
yang sepi atau di tempat yang ramai.
2. Ridha terhadap ketentuan taqdir Allah
3. Berlaku baik kepada semua makhluk Allah dalam
setiap keadaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar